Perjalanan yang agak memutar dari perumahan hingga ke perempatan Cimuncang tempat aku harus melanjutkan perjalanan menuju kampus tercinta yang semoga segera kutinggalkan (baca: lulus) akhirnya sampai dengan aman tentram dan sentosa. Seperti biasa pula aku segera menyeberang jalan yang subhanalloh ramai sekali. Yang tidak biasa dari yang biasa adalah entah mengapa hari ini aku suka sekali duduk di depan di samping sopir angkot. Yang tidak biasa lainnya adalah bapak-bapak sopir angkotnya ketika aku masuk sedang ngobrol dengan salah satu penumpang. Yang membuat kagum adalah obrolannya yang tidak biasa ku dengar keluar dari para sopir angkot yang selama ini selalu kudengar. Obrolan yang biasanya tak jauh dari umpatan-umpatan kasar dan kehidupan per angkotan ataupun sekedar mengobrolkan lagu dangdut plus penyanyinya. Dengan bapak ini berbeda. Bapak ini ngobrolnya mulai dari tata kota, keadaan negara, penguasanya, teknologi sampai nasib bangsa ini. Salah satu statementnya yang menarik adalah katanya
Mau jadi apa Indonesia kalo 3 tahun kuliah udah bisa lulus S1, mending kalo berkualitas lhah ini,, cepetnya doang tapi kemampuan diragukan. Gimana mau ngubah dunia. Ngubah keluarga atau diri sendiri aja belum bisa.
Baiklah bapak, do'akan aku agar bisa menjadi sarjana yang seperti bapak harapkan. Ayooo para mahasiswa berjuang keras untuk dapat mengabdi memajukan negeri kita tercinta sesuai dengan peran mahasiswa sebagai agent of change alias agen perubahan. Dengan biaya pendidikan yang semakin hari semakin mahal, tunjukkan bahwa dengan sistem pendidikan yang dipadatkan dan dituntut cepat lulus kita dapat tetap berkualitas dengan tidak hanya mengandalkan apa yang diterima di kelas. Organisasi salah satu jawabannya dan masih banyak lagi tempat menimba ilmu. Bukan hanya dari buku dan bangku sekolah ataupun bangku perkuliahan saja. Membuat semakin tinggi kualitas diri dengan belajar. Hidup untuk belajar dan belajar untuk hidup.
No comments:
Post a Comment