Belajar dari Muridku -"Don't Underestimate"-

source : search (^.^)v
Memandang rendah, memandang sebelah mata terhadap orang lain atau yang bahasa kerennya underestimate
, terkadang tanpa sadar atau bahkan dengan sadar kita lakukan. Meng-underestimate orang lain, tentunya membuat orang yang di-underestimate tersebut merasa terdzolimi, minder, kesel dan berbagai rasa lainnya yang berkecamuk di dalam dadanya.

Saya mempunyai cerita yang benar-benar menampar saya mengenai satu frasa ini. Memandang sebelah mata atau underestimate ini. Semoga bermanfaat.
Saya mengajar di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan swasta. Kelas yang saya ajar adalah kelas teknik kendaraan ringan dan teknik informatika yang hampir semua penghuninya berjenis kelamin laki-laki. Pertama kali saya mendapatkan tawaran mengajar di sekolah ini dan di kelas ini, tentunya seperti orang kebanyakan saya membayangkan bagaimana bila cowok-cowok disatukan dalam satu kelas, walau ada beberapa gelintir anak hawa di dalamnya. Persepsi kebanyakan orang mengenai sebuah kelas teknik yang penghuninya semua bangsa adam di sebuah sekolah swasta, tidak jauh dengan kelas yang “bandel”. Tanpa sadar, para siswa tersebut telah ter-underestimate oleh persepsi lingkungan dan masyarakat. Tidak jarang guru juga berfikir seperti itu.

Seperti kebanyakan orang, dan kebanyakan guru pemula ternyata sayapun berfikiran yang sama. Apalagi ktika mendengar dari guru-guru yang sudah lebih lama berada disana. Secara otomatis saya menyiapkan berbagai strategi pengelolaan kelas, tapi satu yang saya lupa bahwa saya harus berfikir positif mengenai siswa-siswa saya. Beberapa kali pertemuan, saya mulai mengenal karakter siswa-siswa saya. Akan tetapi keadaan tidak berbeda jauh dengan ketika awal saya masuk.

Tahun ajaran baru, saya dipertemukan lagi dengan kelas mereka. Apa yang saya dapatkan dari mempelajari karakter siswa, dan membaca beberapa buku. Saya mencoba menerapkan beberapa metode baru pendekatan kepada siswa, syukur alhamdulillah, luar biasa respon dari anak-anak sangat bagus. Belum pernah saya sebahagia itu selama saya mengajar mereka. Bahagia anak-anak antusias untuk belajar mata pelajaran selain mata pelajaran produktif. Memang fenomena yang terjadi di kalangan siswa SMK, terkadang mereka lebih tertarik dan mau belajar pada mata pelajaran produktif saja, sedangkan mata pelajaran lainnya anggap saja refresing atau angin lalu. Lagi-lagi sebuah underestimate dilontarkan terhadap mereka.

Apa yang membuat saya sangat tertampar adalah karena tanpa sadar saya telah meng-underestimate perorangan dari mereka. Kelas yang saya ampu, adalah kelas yang katanya paling rame, bandel dan tidak bisa diam. Memang, setelah saya mencoba untuk selalu berfikir positif terhadap mereka saya bisa lebih nyaman mengajar, anak-anak pun menerima dengan respon yang lebih baik. Akan tetapi, setiap manusia memang unik dan terkadang sebagai orang luar atau orang lain tidak dapat memahami keunikan masing-masing manusia. Ya, kembali lagi ke sifat dasar manusia yang punya ego dan ingin selalu diperhatikan dan tidak mau memperhatikan, ingin selalu dipahami tapi tidak mau dipahami.
Salah satu siswa unik saya, tidak bisa diam dikelas. Dia tidak betah duduk lama-lama. Sehingga dia suka berjalan-jalan di dalam kelas, berpindah dari satu bangku ke bangku yang lain. Terkadang kalau sudah tidak tertarik dengan apapun dia akan duduk di pojok mengutak-atik apapun itu dengan sesekali berdiri. Banyak yang menyebutnya nakal, mungkin karena kebiasaan dia yang seperti itu. Menurut adap ketimuran adalah tidak sopan, ketika guru di depan sedang mengajar ada anak yang berkeliaran di dalam kelas, pastilah anak tersebut langsung di cap nakal dan tidak menghormati guru. Dan sebelum kejadian ini, saya masih berfikir bagaimana caranya menangani anak ini. Menangani yang saya maksud adalah membuatnya diam.

Suatu hari di awal pertemuan, saya mengumpulkan tugas yang telah saya berikan untuk dikerjakan di rumah minggu sebelumnya. Saat itu adalah pertemuan ketiga di semester baru, dan tugas yang dikumpulkan hari itu adalah tugas pertama yang saya berikan kepada anak-anak. Yang membuat saya kaget, anak yang saya ceritakan tadi dia mengumpulkan tugasnya paling awal sebelum teman-temannya. Ternyata bukan hanya saya yang keget, teman-temannya pun kaget melihatnya. Pasalnya semester sebelumnya dia adalah anak yang paling suka bolos dan paling jarang mengerjakan apalagi mengumpulkan tugas. Detik selanjutnya saya tersenyum, dan merasa sangat malu terhadap diri saya sendiri bahwa saya telah menjudge anak tersebut. Padahal kalau saja, saya dapat melihat semua sisi positif anak-anak saya tentunya akan baik. Saya pasti akan tau bagaimana memperlakukan mereka dengan seminimal mungkin mendzolimi mereka.


Itulah, kita tidak berhak menjudge seseorang, apalagi menjudge yang buruk. Kita tidak berhak meng-underestimate seseorang. Kita tidak merasakan apa yang dialami orang lain dan tidak mengalami apa yang orang lain rasakan. Kita tidak tau kapan seseorang akan berubah, kita tidak pernah tau bagaimana isi pikiran orang lain yang sebenarnya. Kita sama sekali tidak berhak menjudge apalagi meng-underestimate orang lain. Mari belajar menghormati dan menghargai sesama. Ilmu kehidupan itu adanya ya dikehidupan kita sehari-hari. Kita harus jeli melihatnya.

Share:

0 komentar