MENERBITKAN BUKU DI PENERBIT MAYOR (Andi Offset Yogyakarta)

(pict. source : pngimage.net)

Menerbitkan buku di penerbit mayor tentu menjadi salah satu impian para penulis. Menulis, mengirimkan naskah kemudian tinggal menunggu buku terbit dan menikmati royalti. Tanpa harus mengeluarkan biaya. Tanpa pusing mengedit dan merancang cover. Tanpa bingung bagaimana cara memasarkan buku.

Terlihat gurih memang. Namun, menerbitkan buku di penerbit mayor tidak semudah itu. Di penerbit Andi Yogyakarta --salah satu penerbit mayor-- setiap bulannya masuk 150 s.d. 300 naskah. Tidak mungkin dong semua diterbitkan. Hanya sekitar 10-15% saja naskah yang dapat diterbitkan. Artinya persentase naskah kita diterbitkan sangatlah kecil sekali.

Di jaman pandemi seperti ini, lebih seret lagi. Saat di rumah saja dan produktifitas menulis meningkat, justru usaha penerbitan sedang mengalami kendala yang cukup serius. Tak jauh berbeda dengan perusahaan lain, perusahaan penerbitan juga terkena dampak wabah covid 19. Tutupnya toko-toko buku, melemahnya ekonomi masyarakat akhirnya menjatuhkan omzet penerbit hingga 80-90%. Hal ini tentu berpengaruh besar terhadap kelangsungan penerbit. Penerbit Andi sendiri mengistirahatkan mesinnya hingga 50%.

Sebagai pelaku bisnis, penerbit juga harus mampu bertahan. Istilahnya, bagaimanapun keadaannya dapur harus tetap ngebul. Memang, dalam keadaan serba tak pasti begini melakukan apapun jadi seperti layaknya judi. Untung-untungan. Namun, jika tidak nekat dan mengambil kesempatan, perusahaan akan semakin terpuruk. Kuncinya, penerbit harus benar-benar jeli melihat peluang. Buku seperti apa yang mungkin benar-benar akan laku di era serba sulit seperti ini.

Sejalan dengan berkurangnya laju penerbitan, penulis juga harus jeli melihat peluang. Harus mampu berpikir cepat, buku seperti apa yang akan lolos terbit di saat serba sulit. Apalagi penulis pemula, harus benar-benar pasang gigi 5 untuk dapat mengejar penulis-penulis kawakan. Persaingan memperebutkan "kualitas buku layak terbit" semakin ketat. Penerbit mayor --seperti penerbit Andi-- biasanya sudah memiliki daftar penulis ekspert yang dapat mereka hubungi untuk menulis tema-tema yang dirasa cukup laku. 

Penulis harus selalu siap menghadapi berbagai peluang bahkan dalam masa chaos. Materi yang bahkan mungkin belum pernah terbayangkan sebelumnya harus dapat diramu agar dapat bersaing ketat. Penguasaan materi, eksekusi penulisan hingga membuat penawaran kepada penerbit butuh keahlian khusus. Mengapa demikian. Tentu karena penerbit pun harus memikirkan strategi-strategi khusus dalam menghadapi keruwetan ini. 

Menurut pak Edi -- dari penerbit Andi Yogyakarta -- penulis yang siap menerima tantangan kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan sehingga dapat dinikmati pembaca. Tulisan yang terstruktur dengan baik tanpa ada distorsi makna yang sampai kepada pembaca. Semua itu memerlukan proses yang cukup panjang, latihan dan kemauan. Komunitas menulis bisa menjadi solusi selama masa latihan dan mengawal proses menjadi penulis kompeten.

Menulis memerlukan latihan. Latihan memerlukan waktu dan perulangan berkali. Bakat hanya berandil 1%, sisa 99%nya karena latihan. Menulis setiap hari di blog dapat menjadi solusi bagus untuk latihan menulis. Tidak akan ada penolakan naskah di blog. Tak seperti di penerbit. Yang mana dapat memberikan efek psikologis yang baik untuk penulis pemula terus menulis. Menyiapkan diri menjadi penulis lihai untuk menembus penerbit. 

Penerbit --apalagi penerbit mayor-- akan berorientasi pada keuntungan. Sebuah buku mungkin saja isinya sangat bagus, akan tetapi jika dalam pandangan penerbit kurang mendapatkan keuntungan maka buku tersebut mungkin tidak akan lolos terbit. Biasanya penerbit malakukan analisis berdasarkan rekam jejak dari buku buku yang pernah terbit.

Penulis yang ingin menerbitkan buku di penerbit mayor, dapat memperhatikan poin-poin di bawah ini.
  1. Perhatikan visi misi penerbit. Jika bahasa visi misi mungkin terlalu kaku dan terbatas, paling mudah dengan memperhatikan tema. Tema-tema buku seperti apa yang biasanya diterbitkan oleh si penerbit. Hal ini penting, jangan sampai salah penerbit. Misalnya kita mengirimkan naskah bertema pendidikan ke penerbit yang concernnya di bisnis. Sudah jelas akan di tolak. Penerbit Andi Yogyakarta lebih concern ke buku-buku pengembangan diri dan pendidikan. Penerbit andi juga menerima naskah novel atau karya fiksi lainnya. 
  2. Intip buku-buku best sellernya. Buku-buku best seller mudah ditemukan. Di toko buku, biasanya ada rak khusus untuk buku best seller. Selain memahami keinginan penerbit, kita juga perlu memahami keinginan pembaca. Bahan bacaan seperti apa yang banyak dibaca orang. Bagaimana diksi yang digunakan. Bagaimana penulis meramu tulisannya. Dapat kita pelajari dari buku-buku best seller tersebut.
  3. Berlatih menggunakan media blog. Dengan menulis di blog, seorang penulis bisa langsung menerima feedback dari apa yang ditulisnya. Tulisan yang ramai dibaca itu yang seperti apa. Bahkan orang dapat langsung berkomentar memberikan kritik dan sarannya. Sehingga kita sebagai penulis bisa langsung memperbaiki tulisan kita. Mengembangkan tulisan hingga semakin nyaman dibaca. Lama kelamaan, blogger akan menemukan ciri khasnya. Menemukan tema yang paling dia banget. Hingga akhirnya bisa sangat ekspert dan sangat khas sebagai seorang penulis
  4. Intip bocoran kriteria seleksi naskah oleh penerbit. Setiap penerbit pasti memiliki kriteria tersendiri dalam menyeleksi naskah yang masuk ke meja redaksi untuk diterbitkan. Di penerbit Andi Yogyakarta sendiri akan melihat beberapa kriteria berikut untuk seleksi awal. [1] tema, [2] judul utama, [3] outline tulisan, [4] pesaing buku dengan tema sejenis, [5] positioning buku (meliputi harga, usia pembaca, gender, pendidikan dll). Nah ketika menulis buku untuk penerbit mayor maka perhatikan minimal kriteria di atas.
  5. Buat Proposal ke Penerbit. Penerbit Andi memfasilitasi penulis yang memiliki gagasan yang belum dituangkan dalam bentuk buku. Fasilitas tersebut adalah proposal penerbitan buku. Proposal berisi garis besar tulisan. Biasanya berupa judul buku, outline rencana buku dalam bentuk bab dan sub bab, sinopsis buku, CV penulis, sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab. Jangan lupa cantumkan juga, alasan mengapa buku yang diajukan tersebut layak atau harus terbit. Proposal buku ini sangat membantu bagi penulis pemula yang belum pernah menulis buku. Biasanya penerbit lebih "percaya" kepada penulis langganan alias yang sudah memiliki nama. Proposal menjadi penting bagi penulis pemula, karena melalui proposal penerbit dapat menilai ide tanpa harus membaca naskah yang super tebal. Jika proposal diterima, maka proses kreatif pembuatan buku akan terus di kawal oleh tim dari penerbit. Hal tersebut tentu sangat membantu penulis pemula. Jika naskah buku sudah jadi, maka proposal tidak perlu dikirim.
  6. Perhatikan format penulisan. Beberapa penerbit sangat memperhatikan format penulisan dalam proses seleksi naskah. Jika naskah masuk tidak sesuai dengan format yang diberikan, maka naskah kemungkinan besar ditolak. Nyesek kan kalau tahu ditolak hanya karena format bukan karena isinya. Walaupun tidak semua penerbit menerapkan hal tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita mencari tau format yang diinginkan penerbit dan mengikutinya. Untuk penerbit Andi sendiri menggunakan format ukuran kertas 16 x 23 cm (setara dengan A5) dan jumlah halaman 125-200. Akan tetapi pak Edi mengatakan jika terbiasa menggunakan format A4 boleh saja, silakan dimasukkan. 

Di era digital yang semakin elektronik, kedepannya diprediksi akan lebih banyak kanal-kanal digital untuk membaca buku. Menggantikan buku fisik. Bahkan saat ini sudah banyak berkembang aplikasi-aplikasi untuk membaca novel ataupun buku. Sebut saja wattpad, storial, WPS, novela, bacakomik, webtoon, mangatoon dan masih banyak lagi aplikasi-aplikasi lainnya. Toko buku pun sudah ada yaang bentuk digital. Menjual buku-buku elektronik atau yang lebih dikenal dengan e-book. Aplikasi yang sudah settle dan banyak digunakan tentu google book. Perpustakaan juga sudah mulai berevolusi. Aplikasi perpustakaan digital mulai ramai ditawarkan ke sekolah-sekolah.

Menyikapi fenomena ini, penerbit Andi pun tak ingin kalah langkah. Telah dirancang sebuah aplikasi proposal. Dengan tingkat penolakan naskah dan proposal yang cukup tinggi --bahkan mencapai 85%-- maka aplikasi ini dirancang untuk mengakomodir naskah dan proposal lebih banyak. Produksi buku fisik memerlukan biaya yang cukup tinggi. Sehingga penerbit sangat ketat menyeleksi naskah yang masuk. Dengan adanya aplikasi ini, harapannya tingkat penolakan naskah akan lebih rendah. Naskah-naskah yang masuk dapat dijual dalam bentuk e-book yang biaya produksinya lebih murah.

Aplikasi proposal tersebut juga dirancang untuk dapat memantau kemajuan penulisan naskah pasca proposal diterima. Jika dalam jangka waktu tiga semester atau 1,5 tahun naskah belum jadi, maka proposal otomatis akan gugur. Aplikasi ini rencananya akan diluncurkan bulan Agustus tahun 2020 di kanal playstore. Maka, melalui ponsel penulis akan mendapatkan reminder-reminder mengenai progress penulisan naskahnya. 

Dunia tulis menulis tidak akan pernah ada matinya. Akan selalu ada pembaca-pembaca yang haus akan bahan bacaan. Teruslah menulis di segala keadaan. Ikuti perkembangan jaman untuk tak tertinggal tren era menulis. Ditahun 2000an awal, orang menulis di blogger, wordpress, multiply, kompasiana, kaskus kemudian menerbitkan buku. Pada jaman itu, orang membaca dari kanal-kanal tersebut. Jaman sekarang untuk membaca novel orang banyak yang menggunakan aplikasi wattpad. Dimana ribuan novel berbagai genre disajikan gratis. Bagi penulis pemula, kanal tersebut bisa dijadikan sebagai ladang survey bahan tulisan serta ajang latihan. Karena tentu saja di kanal tersebut orang dapat dengan bebas mengutarakan pendapatnya mengenai tulisan kita. Jika tulisan kita mendapat sambutan hangat, maka jalan untuk menerbitkan naskah tersebut lebih mulus. Untuk membaca koran, orang menggunakan koran digital. Sungguh perkembangan jaman saat ini terlalu cepat. Tak menutup kemungkinan tren membaca buku digital kedepannya akan semakin pesat.

Menulislah dan tinggalkan jejak nama melalui tulisan-tulisan.

#salamliterasi


Jogja, 7 Juli 2020
Ratna Dhevi Fahmiyati



FYI
Jika teman petrichor memiliki naskah yang ingin coba diterbitkan, dapat dikirimkan ke penerbit Andi Offset Yogyakarta melalui pak Edi. Kirimkan naskah dalam bentuk word ke email edis.mulyanta@gmail.com 
Naskah yang diterima akan di review. Penerbit akan menghubungi penulis yang naskahnya disetujui untuk terbit. Jika dalam jangka waktu 3 bulan tidak mendapatkan kabar dari penerbit, maka dapat diartikan jika naskah di tolak.

Share:

8 komentar

  1. Tulisan jejak nama yang tertinggal jadi sejarah, mantap.

    ReplyDelete
  2. Mantap...menulis..menulis dan menulis...supaya jadi sebuah buku.. Dan bisa terbit...😊😊mampir juga ya... Di aisah1969.blo.com

    ReplyDelete
  3. Salut ..catatan bu dhevi selalu super dan inspirasi ..sukses bu ..

    ReplyDelete
  4. mantap banget Bu Dhevi, besok klo aq ke magelang mau mampir biar bisa belajar dari Bu Dhevi, wkwkwk....
    Bukunya sudah terbit belum Bu? tulisannya kalau dijadikan buku sudah ratusan halaman lho...
    kalau ada kendala cetak buku silahkan baca https://sasmenulis.blogspot.com/2020/07/kini-buku-anda-siap-terbit.html
    numpang promo, :D

    ReplyDelete