CARA SUKSES TANPA BERJUANG

(pict. source : google)


Apa yang dimaksud dengan sukses tanpa berjuang?
Memangnya bisa sukses tanpa berjuang?
Ilmu sukses anti mainstream ini, saya dapatkan dari Romo Vanshopi yang disampaikan beliau dalam webinar para alumni Telkom University ramadhan lalu. M. Dedy Vanshopi atau yang akrab dipanggil dengan sebutan Romo adalah seorang sutradara iklan dan penulis naskah. 

Apakah sukses itu?
Banyak orang berpikir mengenai sukses. Namun, tidak pernah mendefinisikan apa itu sukses dan apa ukuran sukses itu. Ada beberapa definisi sukses yang biasanya terlintas dalam benak manusia ketika ditanya apa itu sukses.

Ada yang mendefinisikan atau mengukur sukses dengan aset. Memiliki mobil mewah, rumah dimana-mana, tabungan menggunung, perusahaan dan sejenisnya. Semua itu hanya aset, yang mana tidak akan pernah membawa kita ke puncak karena kita akan selalu merasa kurang.

Ada pula yang mendefinisikan sukses dengan jabatan. Manager, CEO, presiden dan sejenisnya. Maka itu hanyalah karir. Sama seperti aset tadi, kita akan cenderung tidak puas dengan jabatan yang telah kita peroleh. Misalnya kita sudah menjadi seorang direktur, tetapi teman kita sudah menjadi CEO. Maka kita akan menganggap kita belum sukses.

Banyak orang membuat peringkat orang terkaya, tapi belum pernah ada yang membuat peringkat orang tersukses. Mengapa? Benar, sukses itu relatif. Tergantung bagaimana kita memandang sukses tersebut. Sah-sah saja jika mau memandang kesuksesan dengan aset maupun karir. Namun, yang harus menjadi catatan kita harus memiliki ukuran sukses kita sendiri. 

" Jangan mau baju kita diukur menggunakan badan atau ukuran orang lain "
" Jangan sampai kesuksesan kita diukur menggunakan ukuran kesuksesan orang lain "

Banyak orang yang terjebak mengukur sukses mereka dari capaian orang lain. Teman seangkatan sudah jadi ceo, sedangkan kita hanya karyawan misalnya. Lalu kita menakar bahwa kita belum sukses. Jika perjalanan hidup kemudian membawa kita menjadi ceo misalnya, ternyata teman tadi sudah menjadi pemilik beberapa perusahaan. Maka kembali kita akan merasa, capaian ini belum sukses.

Tak akan pernah habisnya jika kita selalu membandingkan dengan orang lain. Lalu apakah tidak boleh? Bagi saya boleh saja. Bahkan mungkin harus. Untuk kita dapat bercermin. Untuk memotivasi diri. Tidak masalah. Yang jadi masalah, jika kita krmudian menjadikannya sebagai standar sukses kita. Lebih parah lagi kalau menjadikannya standar kebahagiaan kita. 

Bahkan dalam Islam pun di ajarkan. Kapan melihat ke atas. Kapan melihat ke bawah. Melihat ke atas dalam hal akhirat. Agar kita terus berusaha mengejar ketertinggalan. Melihat ke bawah dalam hal dunia. Agar kita mampu bersyukur dan merasa cukup. Jangan gunakan ukuran orang lain untuk ukuran kesuksesan kita, untuk urusan dunia. Tentu saja dalam tulisan ini kita sedang membahas perihal duniawi. Namun, kita tahu hal duniawi kita tentu terkait dengan hal akhirat kita.


Sukses itu ketika kita tidak bekerja lagi
Pernah ngga mendengar pertanyaan, "Kerja gitu amat?"

Ketika kita sedang bekerja, kita sedang melakukan kewajiban-kewajiban. Ketika kita sedang bekerja kita sedang melakukan tuntutan-tuntutan. Kerja kok gitu amat? Orang bertanya seperti itu karena dia melihat bahwa kita sedang bekerja. Dalam kacamatanya kita bekerja.

Atau pernahkah bertanya atau berkata pada diri sendiri? "Kerja kok gini amat ya". Saat pertanyaan atau pernyataan itu muncul dalam pikiran kita, artinya dalam kacamata kita sendiri, kita sedang bekerja. Kita sedang melakukan tuntutan-tuntutan. Kita sedang melakukan kewajiban-kewajiban.

Adakah yang bekerja tapi tidak bekerja? Tentu saja sangat ada dan sangat bisa kita lakukan apapun pekerjaan kita. Syaratnya hanya satu, mencintai. Benar memang bekerja, tapi tidak membawa mental bekerja. Sehingga dengan pekerjaan kita, kita bisa bersenang-senang, bermain-main, tidak merasa capek, tidak merasa berjuang.

Ada cerita menarik. Mungkin banyak yang mengalami juga. Pernah mendengar program SM-3T atau Indonesia Mengajar? Program tersebut merupakan program pengabdian mengajar di daerah terdepan, terluar, tertinggal. Bahasa kasarnya, daerah terpencil.

Daerah sasaran tak jarang merupakan daerah minim fasilitas. Jangankan sinyal internet, listrikpun kadang tak ada. Jangankan menggunakan mobil mewah, dapat sampai dengan selamat saja sudah bersyukur. Hidup dalam setiap keterbatasan. Mengajar dalam fasilitas minim. Jangankan seragam baru atau tas sekolah baru. Anak datang ke sekolah saja sudah membahagiakan. Ada guru yang datang dan mengajar saja sudah sangat menggembirakan.

Sasaran pendidiknya siapa? Anak muda. Lulusan fresh graduate, untuk SM-3T. Anak muda yang rela meninggalkan pekerjaan nyamannya di kota besar, untuk Indonesia Mengajar. Dapat membayangkan bagaimana timpangnya kehidupan mereka? Dari kota penuh fasilitas, menuju daerah pinggiran minim fasilitas. Apakah mereka menderita? Apakah mereka merasa berjuang? Silakan tanyakan sendiri. Banyak sekali lulusannya di sekitar anda.

Mungkin ada yang menyesal. Namun, percayalah lebih banyak yang senang. Merasa beruntung. Merasa ingin kembali kesana lagi. Merasa memiliki banyak pengalaman berharga di sana. Mereka bersenang-senang di sana.

Poinnya apa. Orang lain boleh saja menyangka kita berjuang. Boleh saja menyangka kita bekerja keras. Selama kita tidak membawa mental bekerja, kita tidak akan merasa bekerja. Selama kita mencintai pekerjaan kita, kita tidak akan merasa bekerja apalagi berjuang. Kita sedang bersenang senang.

Mental bekerja, sering menyebabkan orang menjadi tidak maksimal mengerjakan tugas profesionalnya. Atau setidaknya membuatnya tersiksa. Pernah mendengar orang mengerjakan kesenangannya dan tak total? Jika ada, saya bisa jamin sebenarnya dia tidak senang senang amat dengan yang dikerjakannya. Karena jika mengerjakan kesenangan, orang cenderung akan mengerjakan dengan totalitas. Mengapa? Karena akan memberikan kebahagiaan tersendiri.

Romo Vanshopi misalnya. Beliau memberikan contoh kisah dirinya. Beliau membagikan foto dimana beliau sedang mengarahkan "milea" berakting dengan tawa bahagianya. Orang melihat beliau sedang bekerja? Ya, orang melihat beliau sedang bekerja sebagai sutradara. Namun, beliau tidak merasa bekerja. Beliau sedang bersenang-senang.

Apakah dengan bersenang-senang beliau totalitas mengerjakan proyek iklannya? Ya tentu saja. Buktinya, iklan garapannya banyak yang viral. Ditonton jutaan orang dengan sukarela. Bahkan di repost. Banyak pula yang sengaja mencari iklannya untuk ditonton. Jika biasanya kita nonton iklan karena terpaksa atau sambil lalu saja. Maka iklan pak Vanshopi justru dicari untuk ditonton. 

Dalam hal ini, saya sangat setuju dengan beliau. Saya senang jalan-jalan. Saya senang keliling kota naik motor. Saya senang ngajar. Menjadi guru les privat dari rumah ke rumah. Bagi orang, kerjaan saya "ngoyo". Mereka hanya tidak tau, saya merasa hidup dengan pekerjaan itu. Saya merasa bahagia. Apalagi yang lebih menyenangkan dari hidup dan penghidupan berjalan selaras beriringan?

Tuntutan pekerjaan profesional tentu sangat banyak. Bayangkan apa jadinya jika kita tidak menyukai pekerjaan kita? Tersiksa. Sangat terasa berjuang. Tidak, saya tidak lantas memandang iba untuk mereka yang tidak menyukai pekerjaannya dan bertahan. Bahkan berprestasi atau sukses. Saya sangat salut dengan mereka. Hidup memang tak melulu harus sesuai dengan yang kita inginkan. Ada hal-hal yang harus bisa kita kompromikan.

Mereka yang bekerja tak sesuai dengan kesenangannya dan sukses, itu keren sekali. Sekali lagi, ukuran kita boleh berbeda-beda dalam hal sukses tadi. 


Kesimpulan umumnya sih bisa dikatakan, semua ini tentang seni menikmati hidup. 

Ada yang setuju dengan perspektif sukses di atas? Tulis di kolom komentar ya teman petrichor.

Share:

12 komentar

  1. Super Bu ..Sukses harus bekerja Keras ..!! salam literasi dan Sukses selalu

    ReplyDelete
  2. Yang orang awam bilang sih.. agar sukses ya harus kerja Keras alias Berjuang. Tapi banyak orang sukses yang nggak berhenti Bekerja. Sepertinya sukses susah diukur ya..
    Salam sukses dari Aceh..

    ReplyDelete
  3. Bekerja dengan cinta akan jauh lebih sukses karena kita bisa menikmati tidak hanya lahir tp juga batin

    ReplyDelete
  4. Bekerja dengan cinta akan jauh lebih sukses karena kita bisa menikmati tidak hanya lahir tp juga batin

    ReplyDelete
  5. Semangat bertambah
    Bismillah
    Selasa, 07 Juli 2020, Postingan ke-416. Mohon doanya satu hari satu postingan di blog  www.sarastiana.com
    Model dan Metode Pembelajaran http://www.modelpembelajaran

    ReplyDelete