"Dari Anak"

“Dari Anak”

Matahari sudah naik sepenggalah selasa itu, satu hari sebelum pemilu presiden, pesta demokrasi rakyat Indonesia katanya. Meninggalkan sejenak hingar bingar pesta yang sedang panas-panasnya, cerita ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan pesta yang sudah berubah menjadi arena perang itu. Bersetting di kantor POLRES Kabupaten Magelang tepatnya di depan kantor dimana orang-orang mencari legalitas ketakterlibatannya dalam kasus pidana.
Berawal dari pengumuman hasil seleksi tes akademik online program SM3T yang kuikuti, mengharuskanku mengurus berkas-berkas yang harus dibawa ketika seleksi selanjutnya. Salah satunya adalah Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau SKCK (dulu sering disebut dengan surat keterangan berkelakuan baik). Tak banyak polisi yang berlalu lalang di markas polisi itu, mungkin karena sebagian sedang bertugas mengawal pemilu ke tiap-tiap PPS (panitia pemilu di tingkat desa/ kelurahan). Udara Kota Mungkid yang tak sesejuk Ledeng (Bandung) membuatku cepat-cepat masuk setelah memarkir sepeda motorku.

Sesampai di kantor bagian pengurusan SKCK langsung kuberikan persyaratan yang sudah kusiapkan, lalu selamat menunggu. Ternyata lumayan lama juga nunggunya, banyak yang lagi buat SKCK juga. Duduk di bangku tunggu bersama dengan penunggu yang lain. Dua orang cewek lagi ngobrol tentang persyaratan tes SM3T selanjutnya (oh ternyata pada ikut juga) duduk agak jauh dariku, disamping kiriku seorang anak perempuan kecil (sepertinya adik dari salah satu cewek yang ngobrol tadi) sedang menunggu panggilan untuk kakaknya, disebelah kananku seorang cewek subur yang datang bersama kembarannya (sepertinya, soalnya mirip atau paling tidak kakak atau adiknya) laki-laki yang berdiri tak jauh dari pintu masuk, di depanku seorang anak laki-laki beralis tebal rapi yang kelihatannya baru saja lulus SMA melihat dari kebutuhan SKCKnya yang akan digunakan untuk melanjutkan kuliah, disamping cewek tambun dan disamping anak laki-laki baru lulus SMA tadi duduk berhadapan dua orang laki-laki yang ngobrol ngalor ngidul, agak diujung bapak-bapak sedang ngobrol dengan seorang polisi piket yang sedang ga ada kerjaan.

Bapak yang sedang ngobrol tadi ternyata bapaknya anak laki-laki yang di depanku tadi. Subhannalloh, jadi inget bapakku yang dulu juga mengantarku membuat SKCK pertamaku yang kugunakan untuk melanjutkan kuliah dulu. Disaat bapak-bapak yang lain lebih memilih memberi anaknya sepeda motor agar dapat mengurus hal-hal pembuatan SKCK seperti ini sendiri atau bersama temannya, apalagi anaknya laki-laki, bapak ini dengan sabar mau mengantar dan menunggui anaknya. Anaknya pun tidak terlihat malu (ada beberapa kasus dimana anak malu kalau diantar orang tua kemana-mana).  Dengan sedikit ngantuk (mungkin karena udara yang hangat, hehe) aku perhatikan kedua bapak dan anak itu dengan alasan terkenang akan diriku dulu dan agar aku tidak jatuh tertidur (maklum pelor).

Anak laki-laki beralis tebal tadi, menggunakan sepatu selop (sepatu semi sandal yang depannya tertutup seperti sepatu pantofel laki-laki tapi bagian belakangnya terbuka seperti sandal)  yang sudah mengelupas disana-sini, mungkin sepatu itu sebelumnya kepunyaan bapaknya, itu hanya asumsiku sih karena jarang sekali remaja sekarang yang mau membeli sepatu selop. Disamping kanannya terdapat goodybag (tas jinjing dari kain) putih yang hampir krem mungkin karena seringnya dipakai. Entah kapan goodybag yang tadinya dibawah disamping anak laki-laki itu, sekarang sudah disamping bapaknya yang duduk di samping kiri anaknya, mungkin ketika aku dipanggil ke kantor untuk verifikasi data. Yang membuatku terkagum kagum, goodybag yang merupakan souvenir dari sebuah pelatihan itu ternyata ada tulisan yang bagiku mengharukan. Tepat dihadapanku, di goodybag itu tertulis tulisan yang sangat rapi dari spidol 
“Kenang2ngan dari Anak // Akbar”
 “25 Oktber 2013”. 
Pict. Ilustrasi
Dari panggilan petugas, aku tau Akbar adalah nama anak yang sedang ditunggui bapak tersebut.

Tidak banyak orang tua yang menghargai pemberian anaknya sebesar itu, walau pemberian itu hanya sekedar sebuah goodybag souvenir pelatihan. Pemberian anak pasti akan sangat dihargai oleh orang tua, akan tetapi belum tentu dengan terang-terangan seperti itu. Menyadarkanku, bahwa ternyata sesuatu yang kecilpun akan sangat dapat membahagiakan dan membanggakan orang tua apabila kita lakukan dengan tulus dan sesuatu itu bukan sesuatu yang buruk. Sebaliknya sekecil apapun keburukan yang kita lakukan mungkin akan sangat melukai orang tua kita. Astaghfirullohaladzim.

Terkadang kita (lebih tepatnya aku) berangan memberi yang muluk-muluk, tapi melupakan hal-hal kecil yang dapat kita lakukan. Saatnya berubah, mulai memperhatikan hal-hal kecil yang dapat kita lakukan, mendoakan mereka seperti mereka selalu berdoa untuk kita, memperbaiki diri lebih baik dan lebih baik lagi, meningkatkan kualitas keimanan, insyaalloh mimpi kita yang muluk dapat terlaksana dan tersampaikan kepada mereka. Bismillah.. Aamiinn..
Istiqomahkan kami ya Rabb..

13 Ramadhan 1435H
Lewat tengah malam dalam heningnya desa
~dhe~


Share:

0 komentar