Script Story (bag.1)
-Sebuah cerita, entah kapan akan selesai kutulis tapi pasti akan selesai karena episodenya juga sudah selesai tayang dengan pemain utama yang ga perlu akting-
Mengapa
aku menyebutnya script bukan essay seperti bagaimana biasa orang menyebutnya
dalam bahasa inggris? Ya, cerita ini tentang perjalanan penyusunan sebuah
skripsi. Dalam bahasa inggris orang menulisnya essay bukan script.
Penggunaan kata script biasanya
digunakan untuk menunjukkan sebuah naskah yang digunakan dalam pembuatan film
yang intinya adalah cerita. Menurut artinya secara bahasa script adalah sebuah tulisan atau naskah. Bagiku tulisan yang
disebut skripsi itu bukan sekedar tulisan karya ilmiah atas sebuah penelitian
yang harus dipertanggungjawabkan di depan majelis sidang. Tulisan itu, sebuah
cerita yang mengisahkan perjalanan panjangnya. Perjalanan panjang hingga ia
berbentuk sebuah jilid setebal 3xx halaman. Tulisan yang kuselesaikan selama
dua tahun, lebih lama satu tahun daripada orang lain. Perjalannya sedikit lebih
panjang, perjalanannya memberikan banyak kuliah kehidupan yang tak kudapatkan
dalam bangku kuliah reguler yang telah kujalani selama delapan semester. Benar
sekali kawan selain masalah script semua
matakuliah aman sentausa, dalam transkrip semua tertulis 1 kali kontrak. Itulah
aku mengapa menyebutnya script, karena
memang ia lebih dari sebuah essay.
Menjalaninya,
sumpah biasa aja sih tapi dalam hal menuliskan sebuah cerita tentu harus
sedikit lebay biar dramatis gitu ya. Tapi yang perlu kutekankan sekali lagi,
ngejalaninnya sumpah biasa aja. :D cekidot deh.
Episode KBK
Baiklah
kujelaskan dulu apa itu KBK. Itu adalah sebuah kelompok-kelompok penelitian
yang ada di kampusku khususnya di jurusanku. Ada dua macam KBK di jurusan
Pendidikan Kimia yaitu KBK untuk Program Studi Pendidikan Kimia dan Program
Studi Kimia. Pada masing-masing prodi tersebut tentunya banyak lagi jenis-jenis
KBK. Singkat cerita, para mahasiswa tingkat akhir (baca: semester 7) pada saat
itu tentu angkatanku, dikumpulkan dalam sebuah ruangan luas berundak-undak
didalamnya dengan banyak kursi dan lampu yang cukup terang tapi cukup redup
juga, tempat itu bernama auditorium FPMIPA. Katanya kuliah umum mengenai
kelompok penelitian, sebuah sosialisasi kelompok-kelompok penelitian yang ada
dalam naungan jurusan. Tujuannya untuk membantu mahasiswa dalam pengarahan
pembuatan skripsi, dosen-dosen yang tergabung dalam kelompok-kelompok penelitian
itu akan menjadi pembimbing skripsi. Dalam fikiranku, itu mungkin sebuah bentuk
simbiosis mutualisme antara dosen yang butuh lebih banyak orang dalam
melakukan penelitiannya karena beliau-beliau juga punya kewajiban untuk
mengajar dan mengurus ini itu dengan mahasiswa yang butuh bimbingan dalam
menyusun skripsinya. Intinya dosen membantu mahasiswa dan mahasiswa membantu
dosennya.
Efeknya bagi para
mahasiswa, kreativitas pencarian masalah sedikit dikerdilkan akan tetapi
ironisnya bagi sebagian besar mahasiswa hal tersebut menjadi sebuah anugrah.
Hmm,, geleng-geleng kepala, hehe.
Selama
proses kuliah umum itu, kalo bisa disebut dengan kuliah umum, jujur bin suer
ini mah aku ngantuk setengah hidup, separuh jiwaku sudah melayang ke alam mimpi
dan pada akhirnya ketiduran untuk beberapa saat. Terbangun oleh temanku yang
membangunkanku menyuruhku jangan ngantuk. Demi menjaga mata tetap melek walau
dengan tenaga 5 watt maka kunyalakan netbook lalu OL. Hampura pak bu dosen.
Alhasil wasting time selama setengah
hari, karena benar-benar ga ada yang nyantol di otakku bahkan walau hanya
sekedar tertarik. Nothing. Mungkin karena di dalam otakku sudah terpatri sebuah
masalah yang ingin kuangkat dalam skripsiku nanti, entahlah aku bukan termasuk
mahasiswa yang merasa mendapatkan anugrah atas adanya kelompok penelitian itu.
Jadi ketika keluar ruangan dan ada pertanyaan, mau masuk KBK mana? Coba tebak
apa jawabanku. Au ah gelap #KataAnakJamanSekarang kurang lebih begitu
jawabanku.
Episode Rebutan KBK
Ini
suasananya ada di semester 8 pas lagi seru-serunya PPL, alamak ga tau PPL kah?
Praktek jadi guru di sekolah itu looh, nanti ada episodenya sendiri. Ceritanya,
susah mencari pembimbing skripsi tanpa ikut KBK atau kita sering sebut dengan
payung penelitian. Whatever namanya
lah ya, intinya kita harus ikut salah satu KBK karena para dosen terlalu sibuk
untuk diminta menjadi pembimbing diluar KBK. Alamak, kan aku tidur ketika
masa-masa sosialisasi KBK mana aku tau mau masuk KBK mana. Orang paling nyantai
sejurusan Pendidikan Kimia angkatan 2008 kayanya GUWE. Orang lain pada sibuk setres menimbang-nimbang mau ikut KBK
yang mana, lah aku dengan santainya ga tau kalo pendaftaran udah dibuka dan
UDAH MAU TUTUP. Akhirnya teman-temanku yang baik hati memberitahukan hal
tersebut kepadaku, *tepuk tangan terimakasih yang meriah buat mereka
kawan-kawan). Info yang kuterima beberapa KBK udah full kuota, tak masalah karena aku ga suka dengan penelitian macam
itu. Dengan sedikit bego, aku meminta kepada temanku yang baik hati itu untuk
menjelaskan bagaimana penelitian-penelitian yang masih buka kuota dan bagaimana
si penelitian akan dijalankan. Dengan sabar dan penuh pengertian sambil sedikit
setres karena belum daftar KBK manapun temanku menjelaskan bagaimana
penelitian-penelitian itu dilaksanakan. Dengan begitu yakin temanku mengajak
untuk mendaftar KBK Literasi Sains *aku tau kalian mengernyitkan alis mata,
baiklah nanti kujelaskan). Aku pikir oke karena hanya KBK ini yang paling
mendekati apa dengan apa yang ingin kuteliti, paling mendekati dengan judul
proposal yang tadinya ingin kucarikan sendiri pembimbingnya. Aku bertanya siapa
saja dosen yang berada di penelitian tersebut. Temanku menyebutkan dua orang
dosen yang kelak menjadi pembimbingku. Oke sip kataku, bukan karena aku
benar-benar sangat antusias tapi karena salah satu dosennya adalah Bapak
Ganteng. Hahaha. Dasar pemilihan dosen pembimbing dari kegantengannya kelak
sedikit membuatku ingin memecahkan kepala *bohong.
Seperti layaknya
mencari jodoh buat nikah, sama dengan mencari dosen pembimbing jangan
sekali-kali melihat hanya dari sisi kegantengan atau kecantikan semata.
Ingatlah ganteng dan cantik itu relatif dan tidak abadi kawan. Hahaha.
Sejak
hari itu, sejak aku memutuskan untuk ikut KBK bersangkutan hidup skripsiku
berubah. Dengan proses rebutan yang sengit dan perjuangan temanku yang gigih
membetotku untuk segera mendaftar sebelum keduluan yang lainnya, akhirnya kami
mendaftar. Kami berdua.
Episode Ketemuan
Setelah
kuota terpenuhi, tak lama setelah aku mendaftar *pendaftar terakhir hahaha) kami
sekelompok penelitian dikumpulkan bersama calon pembimbing kami. Kami
bersembilan, sore-sore ketika jam kantor sudah tutup sekitar jam 4an lah yaa,
di ruang tamu kajur, kami bersembilan ceritanya ketemuan untuk mendapatkan
arahan mengenai penelitian yang akan kami jalankan. Ternyata oh ternyata,
setelah panjang lebar capruk sana capruk sini, kesimpulan yang kudapatkan
penelitian yang akan kulaksanakan dalam kelompok penelitian ini sama dengan
judul proposal yang akan kuusulkan dan ga jadi hanya saja lebih luas
cakupannya. Yang membuat sedikit lebih tertarik adalah materi yang akan
diangkat adalah sesuai pula dengan angan-anganku. Ngomong-ngomong aku belum
menceritakan sesuatu angan-anganku tentang skripsi. Baiklah, aku ceritakan
seulas di sini. Aku salah satu orang penggemar kebudayaan khususnya kebudayaan
dari mana aku berasal. Yoyoi, kebudayaan jawa. Bagiku budaya adalah salah satu
hal yang harus selalu diwariskan dan penuh dengan nilai-nilai luhur yang
semakin banyak ditinggalkan oleh manusia-manusia masa kini yang katanya manusia
modern tersebut.
Padahal nilai-nilai
yang mereka tanamkan dan agung-agungkan dengan memandang sebelah mata
kebudayaan itu, tak lebih dari nilai-nilai yang mengagungkan nafsu.
Memang
penilaian hanya sebelah pihak, karena sebenarnya ada juga nilai-nilai positif
dari gaya hidup modern itu. Akan tetapi, manusia-manusia Indonesia yang pada
kaget kemodernan akhirnya hanya sebagian saja mengambil, mengadopsi tanpa
memilih dan memilah mana yang dapat diterima dalam adat ketimuran yang terkenal
dengan keluhurannya dan mana yang tidak baik untuk dilaksanakan. Dengan semakin
berkembangnya zaman, kebudayaan asli daerah benar-benar semakin terpinggirkan. Itulah
mengapa, dengan keinginan yang menggebu sangat ingin mengangkat salah satu
kebudayaan sekitar daerahku sebagai bahan skripsiku. Yatta,, ternyata keris dan
budaya penjamasannya *mandiin keris) menjadi temaku dalam pembuatan skripsi
dengan kelompok ini. Dengan muka flat alias
datar-datar menerima tema itu, karena masih terpengaruh oleh suasana kejiwaan
*halah) berkaitan dengan skripsi. Ceritanya ada tiga tema, yaitu nano, batik
dan keris. Dengan berharap cemas, karena aku bakal males banget kalo dapet
nano, atau dapet batik walau konteksnya seru tapi materinya ga rame, jadi keris
adalah salah satu yang paling menarik diantara tiga konteks yang ditawarkan.
Masalahnya aku menjadi yang harus terakhir memilih dengan kondisi gw duduk di
ujung. Alamak, please don’t make me fall
in pieces again *nyanyi lalala). Pada akhirnya keris jatuh ditanganku tapi
alamak bukan keris atau nanao atau batik ternyata yang membuat fall in pieces, ternyata 3 orang yang
dapet keris penelitiannya adalah melanjutkan penelitian kakak tingkat kami yang
sebelumnya. Rasanya seperti terbang melayang tinggi lalu dijatuhkan ke tanah
sampai mati eh pingsen aja deh haha. Itu artinya, penelitian ini ga akan bisa
aku bawa on my style. Hopsyah,, what the bla bla bla bingits lah
*AlayMode). Yah akhirnya dengan ikhlas dan melapangkan dada, judul ada di
tangan masih dengan tekad bulat bagaimanapun akan kubuat ini on my style hehehe. Ngotot,, itulah aku.
Yiak. Nekat,, itu juga aku.. Akakak.
Pada akhirnya,
*sekarang) menyadari “Mulailah segala sesuatu yang akan kau lakukan dengan niat
yang tidak setengah-setengah, ketika sesuatu yang tidak kau sukai harus kau
jalankan maka berfikir positiflah dan nikmati perjalanannya. Niat yang
setengah-setengah dan pikiran negatif hanya akan menghambat perjalanan dan
menyakiti diri sendiri tanpa menyelesaikan masalah”
“Niat yang penuh,
Hadapi, Hayati, Nikmati”
Mengapa
aku menuliskan kutipan buatanku sendiri *hahaha) barusan di atas? Itulah
memulai sesuatu dengan niat yang tidak penuh, dengan keengganan yang masih
menggantung berat, pikiran-pikiran negatif, membiarkan ketidaksukaan merajai
perjalanan. Ahahaha, tapi ingatlah semua ada hikmahnya, semua ada jalannya
masing-masing. :D
bersambung . . .
Tags:
Catatan Harian
0 komentar