#DiariHujanKu

*In 1 Juli 2012*

(9/4/13)


Bila cinta tak lagi berbalas cinta, bila cinta hanya sekedar kata-kata, bila cinta tak lagi mengenai masalah hati, bila cinta hanya akan menodai kesucian dan keagungan cinta itu sendiri, maka dengan alasan apa lagi harus dipertahankan.


*Pelukan Hujan*
(15/4/13)

Hujan selalu menjadi saksi setiap peristiwa hatiku dan hatimu. Aaah hatimu?? Entahlah, aku bahkan tidak pernah tau bagaimana rona hatimu itu. Hujan pula yang kini memeluk hatiku, mencoba mengobati setiap sayatan yang ada padanya, Selalu, di kaki hujan, aku terlelap meringkuk mencoba menahan setiap telaga yang menggenang dan akhirnya menetes dipeluk hujan. Aaah, hujan memang selalu membawa kenangan tersendiri,


*Petang Ini*
(16/4/13)

Petang ini hujan lagi„ udara lembab dan dingin kembali menggelitik setiap relung-relung tulang belulang berbalut daging tipis dengan tendon-tendonnya yang terasa melemah ikatannya. Kembali mengingatkan petang kala itu„ aah rasanya baru kemarin. Keraguan, pertengkaran dan air mata. Udara lembab saksi sebuah awal dari melemahnya sebuah prinsip, keinginan untuk mempertahankannya serta harapan yang tak ingin kehilangan. Aaaah sebenarnya semua telah berlalu, tinggal dinginnya saja yang genit menggigit tulang belulang.


*Rasanya Ituuu*
(18/4/13)

Aaaahh masihkah harus merasakan ini (lagi).. Wajarkah kesesasakan ini masih terasa.. Sisa-sisa perasaan ini belum hilang ternyata.. Ah sebenarnya memang belum hilang.. Yaa„ seperti sisa-sisa hujan yang meninggalkan kelembapan malam ini, yang menjadi saksi (lagi) atas peristiwa hati ini dan hati itu. Hati itu?? Hahaha„ aku bahkan (masih) tidak tau bagaimana ronanya..







Share:

2 komentar