It's raining,, again..
Here,, at JICA FPMIPA UPI..
Here I am,, again..
Different days, different month,, different year.
But,, in the same place (not the same offer all), same situation..
Here I am,, again..
In this building, in this campus.
“Demi kemuliaan dan Kebesaran-Ku dan
juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan-Ku diatas Arsy. Aku akan
mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain Aku dengan kekecewaan.
Akan aku pakaikan kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia. Aku singkirkan ia
dari dekat-Ku, lalu kuputuskan hubunganku dengannya.
Kebahagiaan, Canda, Tawa..
Kesedihan, Pedih, Tangis, Air Mata..
Kebimbangan, Keraguan, Ketidakpercayaan..
Kekuatan, Kekompakan, Kekeluargaan..
Simpati, Empati, Ego..
10 November telah ditetapkan sebagai hari pahlawan atas nama penghargaan akan kenangan heroik aksi warga negara Indonesia mempertahankan keutuhan Negara Republik Indonesia yang baru hitungan bulan mengenyam kemerdekaan dalam pertempuran berdarah selama 3 minggu di Surabaya 10 November 1945 silam.
ketika ku mulai bertanya tentang sesuatu..
ketika ku mulai mencari jawaban atas sesuatu itu..
ketika ku tak kunjung menemukan jawaban atas sesuatu itu..
dan ketika ku kembali mencari dan mencari lagi...
Apa sebenarnya arti janji itu. Kata orang janji adalah hutang dan hutang harus dibayar, harus dilunasi. Janji,, bukankah ia harus dijunjung tinggi,, ditepati. Karena bila tidak dijunjung tinggi, tidak ditepati bisa jadi membuat orang yang ditinggali janji tersebut akan terluka. Dan bila luka telah tertoreh di hati, siapa yang akan menjamin luka tersebut akan sembuh?
Membaca status adik saya di situs jejaring sosial Facebook
It's so easy for people to say, "You have to Move On. Just Let it Go". Tapi, kenyataannya, move on dan let it go tak
pernah semudah mengembalikkan telapak tangan atau membuang yang nggak
terpakai ke tempat sampah atau apalah, iya kan?
bau tanah basah ini
sisa hujan tadi senja
jalanan upi yang lembab
teringat akan malam lembab beberapa bulan yang lalu
Raining..
Masih dalam waktu yang sama dimulai dari dalam angkot Caheum-Ledeng yang kutumpangi setelah mengajar di salah satu perumahan elite di Bandung.
Bandung hujan lagi,, walaupun kemarau kemarin tak terlalu panjang bahkan bisa dibilang sangat singkat. Akan tetapi tak masalah lah buatku. Kemarau di Bandung membuat udara menjadi sangat dingin tak terperi menusuk tulang melemahkan badan.
Seperti minggu-minggu lalu setiap kamis, aku ke Cimuncang untuk mengamalkan ilmu. Haha kaya yang iya aja. Tapi bukan itu yang akan diceritakan disini. Tepatnya habis maghrib, seperti biasa aku pulang dengan naik ojek yang dilanjutkan dengan naik angkot jurusan Caheum-Ledeng. Yang berbeda dari biasanya adalah tukang ojek dan bapak angkot yang aku tumpangi. Dimulai bapak-bapak ojek yang baru pertama kali ku temui setelah selama sebulan lebih aku mondar mandir tiap minggu disana. Bapaknya sangat suka bicara ga kaya tukang ojek yang lain. Membuat orang yang diboncengnya merasa nyaman. Paling engga itulah yang kurasakan. Banyak hal yang diceritakan oleh bapak ojek yang sayangnya aku lupa menanyakan namanya karena saking asiknya ngobrol dengannya. Itulah yang mungkin dinamakan dengan pelayanan terhadap pelanggan. Hehe. Entahlah, cuma ketika nanti minggu depan aku kembali ke perumahan elite itu, aku kembali diantar pulang oleh bapak itu.
Perjalanan yang agak memutar dari perumahan hingga ke perempatan Cimuncang tempat aku harus melanjutkan perjalanan menuju kampus tercinta yang semoga segera kutinggalkan (baca: lulus) akhirnya sampai dengan aman tentram dan sentosa. Seperti biasa pula aku segera menyeberang jalan yang subhanalloh ramai sekali. Yang tidak biasa dari yang biasa adalah entah mengapa hari ini aku suka sekali duduk di depan di samping sopir angkot. Yang tidak biasa lainnya adalah bapak-bapak sopir angkotnya ketika aku masuk sedang ngobrol dengan salah satu penumpang. Yang membuat kagum adalah obrolannya yang tidak biasa ku dengar keluar dari para sopir angkot yang selama ini selalu kudengar. Obrolan yang biasanya tak jauh dari umpatan-umpatan kasar dan kehidupan per angkotan ataupun sekedar mengobrolkan lagu dangdut plus penyanyinya. Dengan bapak ini berbeda. Bapak ini ngobrolnya mulai dari tata kota, keadaan negara, penguasanya, teknologi sampai nasib bangsa ini. Salah satu statementnya yang menarik adalah katanya
Mau jadi apa Indonesia kalo 3 tahun kuliah udah bisa lulus S1, mending kalo berkualitas lhah ini,, cepetnya doang tapi kemampuan diragukan. Gimana mau ngubah dunia. Ngubah keluarga atau diri sendiri aja belum bisa.
Baiklah bapak, do'akan aku agar bisa menjadi sarjana yang seperti bapak harapkan. Ayooo para mahasiswa berjuang keras untuk dapat mengabdi memajukan negeri kita tercinta sesuai dengan peran mahasiswa sebagai agent of change alias agen perubahan. Dengan biaya pendidikan yang semakin hari semakin mahal, tunjukkan bahwa dengan sistem pendidikan yang dipadatkan dan dituntut cepat lulus kita dapat tetap berkualitas dengan tidak hanya mengandalkan apa yang diterima di kelas. Organisasi salah satu jawabannya dan masih banyak lagi tempat menimba ilmu. Bukan hanya dari buku dan bangku sekolah ataupun bangku perkuliahan saja. Membuat semakin tinggi kualitas diri dengan belajar. Hidup untuk belajar dan belajar untuk hidup.
aku lagi sibuk sayang, aku lagi kerja sayang. Untuk membeli beras dan sebongkah berlian -- Aku Bukan Bang Toyib - Wali. Ternyata benar,, susah sekali mencari uang. Untuk menghidupi kehidupan sehari-hari. Selama ini yang aku tau yaaa hanya minta dan minta. Memang pernah terfikirkan untuk bekerja mencari tambahan uang saku. Anggap saja sebagai pengalaman. Kemarin-kemarin hanya sebuah pemikiran-pemikiran tanpa dilaksanakan.
Hari sudah malam ketika sebuah pesan masuk ke HPku. Siapakah gerangan? pikirku. Mungkin sebuah rencana dari Alloh agar aku ga OMDO,, ga mikir doang. biar aku move on, ga cuma dipikir dan direncanakan doang tapi harus dilaksanakan, atau bahkan mungkin juga agar aku menyibukkan diri dengan hal-hal berguna dan penting tidak seperti beberapa bulan terakhir ini. Apapun itu hikmah di balik semua ini, entah mengapa sangat yakin aku mengiyakan tawaran dalam pesan itu. Betul,, pesan itu berupa tawaran untuk mengajar. Padahal keesokan harinya harus langsung dan tentunya bisa dikatakan sekarang-sekarang aku sedang sibuk.
Singkat cerita, jadilah aku mengajar sore ini. Dan oooh ternyata,, benar-benar mencari uang itu sebuah perjuangan. Orang tuaku telah melakukannya selama bertahun-tahun dan Subhanalloh hampir tidak pernah kudengar mereka mengeluh. Demi anaknya bisa makan, demi anaknya bisa sekolah dengan baik, demi anaknya mendapatkan fasilitas yang baik. Sungguh merasa sangat berdosa mengingat hasil keringat mereka aku sia-siakan. Ampuni anakmu ini. Capek benar-benar sungguh capek sebenarnya. Akan tetapi ternyata rahasianya adalah ketika kita menikmatinya semua terasa ringan untuk dikerjakan. Hmm,, terimakasih Ya Alloh,, memberikan kesempatan bagiku untuk merasakan ini. Semoga aku kuat sekarang hingga nanti.
Bekerja bukan hanya sekedar mencari uang, menikmati pekerjaan ternyata jauh lebih penting. Terkadang ada orang yang gila kerja bukan karena menikmati pekerjaan akan tetapi karena dengan sibuk bekerja dapat melupakan masalah yang idak mau dihadapi. Tetapi ada pula yang terlalu menikmati dan mencintai pekerjaan malah jadi lupa dengan kepentingan diri yang lain. Yaaa,, semua memang harus serba seimbang.
Kembali ke mencari uang,, ternyata memang tidak mudah. Terasa sangat capeknya. Sesampai di rumah (baca:kosan) ingginnya segera tidur. Yaahh,, walau ternyata mata ini tak mau jua terpejam. Mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk sebuah berlian (baca : harapan dan mimpi) bukan sekedar untuk "sesuap nasi" yang digunakan untuk bertahan hidup. Benar,, sebagian memang harus digunakan untuk melanjutkan hidup. Kata pepatah mah, sedikitsedikit lama-lama juga jadi bukit. Awal mah buat sesuap nasi dulu nanti juga dapet sebongkah berlian. Hehe..
SEMANGATTT... ^^
Desa Tritunggal Kecamatan Rembang, salah satu rumah di kampung nelayan itulah yang menjadi tujuanku dan keluargaku di hari kedua lebaran idul fitri ini. Rumah tempat ibuku lahir dan dibesarkan juga rumah tempatku pertama kali meneriakkan suara cempreng tangis dan pertama kali ku melihat dunia, juga rumah tempat bapak dan ibuku mengucapkan janji ikatan pernikahan. Betul sekali rumah itu adalah rumah dimana kakek dan nenek ku tinggal. That's the home. Berangkat dari Solo tepatnya dari kecamatan Klego (rumah budhe -- kakak perempuan bapak) habis maghrib, karena memang kami silaturahmi dahulu di keluarga di Solo, menyusuri jalur selatan menuju pantura. Dari Klego menuju sragen kemudian jalan berkelok dan sepi di tengah hutan jati menuju Purwodadi lalu ke Blora dan mendarat di alun-alun Rembang untuk melepas lelah dan mengisi perut. Tengah malam lewat beberapa menit sampailah di rumah mbahku. Alhamdulillah lancar..
Setelah sekian lama, kurang lebih setahun bagiku,, tidak menghirup udara pantai kampung ini, tidak merasakan hembusan angin laut yang kencang dan lengket, tidak mencium aroma garam dan ikan asap. Hmm,, i really miss it. Yang paling membuat kangen adalah laut, pantai, pasir dan sunsetnya. Awesome. Lautnya memang tak seganas laut selatan seperti layaknya laut pantai utara lainnya, pasirnya juga tak seputih pasir-pasir pantai Bali atau Raja Ampat, pantainya penuh dengan perahu nelayan yang disama di sebut jukung, dipinggir pantai banyak didirikan rumah-rumah penduduk, dan sunsetnya mungkin kata orang tak akan seindah sunset di Kuta Bali. Akan tetapi itu semua tidak penting, bagiku pantai kampung nelayan ini selalu indah, selalu membuat merindu. Karenanya esok sorenya aku bersama adik dan bapakku bergegas kesana.
Rumah nenekku kurang lebih dalam radius 500 m dari tepi laut. Untuk mencapai laut, kami berjalan kaki (anda juga dapat menaiki sepeda ontel, motor maupun mobil untuk menuju kesana tentunya jika menggunakan mobil atau sepeda motor harus memutar agak jauh). Setelah melewati beberapa rumah penduduk yang subhanalloh mereka masih ingat aku padahal bisa dibilang sangat lama tidak bertemu. Warga kampung nelayan ini setiap sore punya kebiasaan bercengkerama di depan-depan rumah mereka bersama tetangga-tetangga mereka (silaturahmi yang sungguh indah). Di depan rumah, biasanya di pinggir jalan di bawah pohon ada amben (seperti tempat tidur terbuat dari kayu) yang digunakan untuk duduk bercengkerama mengasuh anak atau membuat jala (jaring untuk menangkap ikan). Mereka biasanya santai di sore hari, karena miyang (melaut) biasa dilakukan pada malam hari hingga pagi menjelang siang. Layaknya penduduk laut yang lain (kebanyakan yang saya tahu) mungkin terpengaruh cuaca yang selalu panas atau apalah saya tidak tahu, mereka cara bicaranya kasar, suara keras, dan blak-blakan, tetapi mereka sebenarnya sangat ramah (hal jarang saya temukan di Kota tempat saya merantau). Saya melewati sekali kerumunan penduduk,, dan coba tebak apa yang mereka katakan. Saya bilang "Nderek langkung" (numpang lewat-- sederhanya permisi). Mereka menjawab " Lhah niki lak Dhevi nggon mbak Rom to,, halah kok wis prawan gedhi. Kapan le tekan kene nduk? " kurang lebih begitu (maksudnya,, ini kan dhevi anaknya mbak Rom -- ibuku,, kok sudah besar. kapan sampai disini?) Akrap sekali di telingaku. Hal yang tak pernah ku dengar di kotaku selama 4 tahun terakhir ini, paling tidak di lingkungan kosanku. Silaturahmi itu indah.
Setelah melewati 4 atau 5 rumah penduduk, sampailah kami di komplek tambak (seperti kolam-kolam ikan, biasa digunakan penduduk untuk memelihara ikan atau mmbuat garam). Tambak-tambak itu digunakan penduduk sebagai mata pencaharian disamping miyang mencari ikan dilaut. Ketika musim kemarau seperti ini, tambak digunakan untuk membuat garam. Tambak yang digunakan untuk membuat garam tidak terlalu dalam hanya sekitar 15 cm kedalamannya. Selain itu harus rata tanahnya. Pembuatan garam secara tradisional ini menggunakan air laut dan menerapkan konsep penguapan. (buka lagi pelajaran fisika yooo). Air laut dialirkan melalui sungai-sungai buatan menuju tambak-tambak. Air dimasukkan ke dalam tambak dari sungai tersebut dengan kincir angin atau dengan manual menggunakan tangan. Memasukkan air secara manual disebut ngebor. Ngebor biasanya digunakan apabila sedang jarang angin (untuk menggerakkan kincir) atau karena petani garam tersebut tidak mampu membangun sebuah kincir. Setelah proses ngebor selesai tinggal menunggu air menguap dan kristal garam mengendap. hmm, wangi garam, warnanya putih dan bentuknya masih kristal dan belum di beri tambahan yodium. Jadi garam mentah ini tidak direkomendasikan untuk di konsumsi oleh orang di pegunungan, karena notabene orang di pegunungan membutuhkan yodium lebih banyak. Garam-garam yang telah dipanen ini kemudian dikiriom ke pabrik-pabrik garam yang kemudian akan tersaji di meja-meja daur kita. Sayang, saya tidak punya dokumentasi proses pembuatan garam. Melewati tambak-tambak ini serasa di negeri Belanda negeri Kincir angin. Hehehe..
Setelah melewati tambak-tambak tersebut,, hembusan angin semakin terasa kencang dan lengket. pasir-pasir beterbangan di tiup angin. Beberapa langkah lagi terbentanglah laut utara pulau jawa. Pantai Tritunggal Rembang,, jukung-jukung yang tertambat di tepi pantai dengan rapihnya. Para pemiliknya sedang mempersiapkannya untuk miyang nanti malam, malam ini mulai melaut lagi setelah beberapa hari tidak melaut karena lebaran. Life Must Go On walau masih suasana lebaran tapi dapur harus tetap ngebul. Matahari tinggal sepenggalah lagi, warnanya kuning keemasan tidak menyakitkan untuk mata. Masih sekitar 20menitan menunggunya benar-benar tenggelam.
Di tengah laut sana kira-kira seperempat jam perjalanan menggunakan jukung nelayan berdiri megah gugusan pulau karang, disana terdapat hamparan pasir putih. Aku pernah kesana sekali saat nyadran. Nyadran disana berbeda dengan nyadran di desaku, mungkin berbeda pula untuk daerah-daerah yang lainnya. Nyadran di desa nelayan ini dilaksanakan pada hari ke 6 lebaran, disebutnya kupatan. Kalau daerah-daerah lain, memasak kupat atau ketupat sudah dilakukan sejak hari pertama lebaran, kalau di pantura khususnya daerah Rembang, Pati, Blora dan sekitarnya membuat ketupat dilaksanakan pada hari ke 6 lebaran yang disebut kupatan tadi. Ketupat-ketupat dan jajanan lainnya yang dibungkus dengan janur baik janur kelapa maupun janur siwalan (sejenis kelapa tapi buahnya lebih kecil dan endemik di daerah Rembang - setahu saya) pada pagi hari dibawa ke masjid seperi kenduri akan tetapi berbeda dengan kenduri. Di masjid berdo'a kemudian setelah selesai berdo'a makanan yang dibawa masing-masing (biasanya ditempatkan dalam satu wadah yang di sebut besek) ditukar dengan makanan yang dibawa oleh oranglain, jadi tukar-tukaran besek. Setelah itu dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga. Hmm,, aku pernah mengikuti tradisi ini waktu masih kecil dulu. Sekarang-sekarang tidak bisa lagi, biasanya sudah kembali ke rumah atau desaku pada hari keempat atau kelima lebaran. Salah satu tradisi yang dapat memperat silaturahmi dan kebersamaan. Juga agar orang kaya dan orang miskin dapat berbaur dengan sebaik-baiknya. Ketika berebut makanan (makanan sudah dikumpulkan sebelum berdo'a) tidak lagi memilih-milih ini dari siapa dari siapa, jadi bisa saja orang kaya merasakan apa yang di bawa orang miskin (yang mungkin lebih sederhana) dan sebaliknya. Keren lah. Berlanjut ke nyadran tadi, nyadran dilakukan setelah kupatan. Orang-orang yang akan melakukan nyadran naik jukung-jukung yang biasa digunakan untuk mencari ikan untuk menuju suatu tempat di timur menuju makam putri cempa dan sunan Bonang (tokoh penyebar Islam di pantura dan salah seorang Wali Songo) untuk berziarah. Letak makam itu di suatu bukit, dan di dekat pelabuhan menuju bukit tersebut ada suatu karang yang menjulang yang di sebut batu karang Jangkar Dampo Awang karena bentuknya yang seperti jangkar kapal. Apabila dilihat dari dekat batu karang itu seperti batu karang yang lain biasa saja tidak ada yang istimewa, tapi kalau dilihat dari kejauhan biasanya dari atas bukit batu karang itu terlihat seperti jangkar sebuah kapal. Yaa,, mirip-mirip dengan gunung tangkuban perahu kali ya kalau di Jawa Barat, gunung yang tampat seperti kapal/ perahu yang menelungkup bila dilihat dari kejauhan. Karang yang tadi kuceritakan tentunya bukan batu karang Dampo Awang itu. Itu adalah sebuah gugusan pulau karang yang indah, dan kebetulan aku kesana ketika nyadran. Oya, orang-orang setelah nyadran / ziarah tadi juga suka singgah ke pulau karang itu.
Adikku (sepupu) Nira yang masih berumur 4 tahun langsung berlari menuju tepi laut dan mulai bermain air. Aku dan adikku Daqi sudah khawatir saja takut dia terseret ombak, tapi Nira adikku yang sumeh (murah senyum) itu malah tertawa-tawa gembira. Tidak tega membawanya menjauh dari air, yah akhirnya adikku Daqi aku suruh untuk mengikutinya. Aku duduk di hamparan pasir menikmati semuanya, menulis-nulis di pasir (yang akhirnya Nira kecilku tertarik dan duduk manis disampingku berhenti bermain air) dan membuat sesuatu dari pasir bersama Nira. Bapakku tak lama kemudian menyusul duduk disampingku. Kami berempat akhirnya duduk menikmati suasana pantai. Bertadabur alam kalau kata adikku Daqi. Mungkin benar layak disebut tadabur alam juga bila pergi bersama Bapakku ini, karena benar tak lama kemudian Bapak bercerita panjang lebar akan ayat-ayat Alloh yang ada di sini.
Ilmu Alloh SWT, tiada bandingannya, amatlah sangat banyak dan tinggi. Apabila seluruh lautan yang ada di muka bumi ini diibaratkan ilmu Alloh SWT, maka ketika kita mencelupkan jari telunjuk kita ke air laut tersebut dan kita mengangkatnya kemudian ada air yang menetes, nah tetesan air itulah yang diibaratkan ilmu Alloh yang dibagikan kepada seluruh makhluk yang ada di bumi ini, yang dapat di ketahui oleh makhluk-Nya. Jadi, sangatlah amat tidak pantas apabila kita sombong akan ilmu yang kita miliki, karena sangat tidak sebanding dengan ilmu Alloh SWT. Dan apabila ilmu Alloh itu dituliskan tidak akan ada habis-habisnya. Ibaratnya jika semua air laut dijadikan tinta dan digunakan untuk menuliskan kalimah-kalimah Alloh, dan bumi serta isinya dijadikan alas untuk menulisnya niscaya tinta air laut itu akan habis dan kalimah Alloh belum selesai dituliskan, kemudian bila didatangkan lagi lautan sejumlah lautan yang ada di bumi ini dan dijadikan tinta untuk melanjutkan menulis kalimah Alloh, kalimah Alloh belum juga selesai dituliskan, begitu terus hingga tujuh kali, kalimah Alloh belum selesai di tuliskan. Maha Besar Alloh dan Maha Suci Alloh.
Akhirnya matahari hampir menyentuh peraduannya, di ujung barat terlihat gugusan pegunungan-pengunungan jadi sunset disini tidak akan benar-benar tenggelam di ufuk laut, akan tetapi tertutup oleh gunung tadi. Walau begitu tidak mengurangi keindahan sunset yang kami saksikan. Semakin lama semakin kecil-kecil dan kemudian hilang ditelan gunung. Indah sekali,, matahari seperti dilukis lukisan pegunungan dan akhirnya matahari itu hanya terlihat bagai titik merah kecil di sela-sela pegunungan itu dan akhirnya hilang sama sekali ditelan pegunungan. Maghrib beberapa menit lagi, karena sebenarnya memang matahari belum benar-benar tenggelam di ufuk barat. Kami bergegas pulang, berlari-lari kecil agar adik kecil kami Nira segera dapat dimandikan karena udah basah kuyup, takut masuk angin. Pas ketika adzan maghrib berkumandang, kami sampai di rumah. Segera kami membersihkan diri dan mendirikan sholat maghrib.
# I will always miss this sunset and this place
sunset ini tidak akan pernah terulang lagi, tapi akan ada sunset-sunset yang lainnya di hari-hari esok selama masih ada dunia ini yang mungkin tak kalah indahnya dari sunset hari itu. Setiap kejadian punya momentnya sendiri.
^__^
Berada dalam suasana KKN dan berada di tempat KKN seperti ini.. Mengingatkan akan suasana setahun yang lalu. Setahun yang lalu, suasana yang tak jauh berbeda, tapi dengan orang yang berbeda dan tempat yang berbeda juga. ^__^
Merasa kehilangan itu ketika sesuatu yang terbiasa selalu ada di sekitar kita pergi,, ketika sesuatu itu selalu ada di sekitar kita, kita tidak akan merasakan pentingnya atau berhrganya seuatu itu karena terbiasa. Ketika sesuatu itu pergi baru lah di sadari pentingnya dan berharganya ia. Jangan pernah sia-siakan apa yang kau miliki, apa yang selalu ada di sekelilingmu, sesuatu yang selalu ada untukmu , karena ketika pergi mungkin akan terjadi suatu penyesalan. Dan ketika sadar mungkin sudah terlambat, yang masih dapat diperbaiki beruntunglah.
^___^ menjalani hidup,, belajar untuk hidup,, hidup untuk hidup...
Setelah sekian lama ga pulang, akhirnya saya pulang lagi ke kampung halaman tercinta. Pulang untuk melepaskan sejenak aktivitas melelahkan di Bandung, kota kembang kota mojang priangan yang sekarang tiada hari tanpa macet. he. Kembali lagi ke rumah orang tua, kembali lagi ke pangkuan mereka. Layaknya sebuah baterai yang harus di cas, begitupun tubuh dan fikiran saya. Terutama fikiran. Keruwetan-keruwetan selama berbulan-bulan yang telah menumpuk minta di pindahkan ke recycle bin untuk sementara, yaa di dalam kereta api ekonomi yang membawa saya pulang itulah saya pindahkan keruwetan-keruwetan tersebut. Sehingga ketika saya menginjakkan kaki di rumah memori fikiran saya siap untuk di upgrade dan di refress. Biarlah istirahat untuk sementara, sehingga ketika sabtu nanti saya kembali ke Bandung, memori keruwetan yang saya pindahkan ke recycle bin ketika saya berangkat, siap untuk di restore dan diselesaikan.
Cerita pulang kali ini ada yang berbeda kawan. Seorang temen saya yang juga sedang ruwet menyusul saya pulang keesokan harinya setelah saya pulang. Sepertinya dia juga perlu di cas baterainya. He. Yaa,, akhirnya kami liburan deh di desa saya. Mulai deh merencanakan hendak kemana saja selama kami ada di sini. Yaah dia jauh-jauh kesini ngapain kalo ga maen-maen. Dalam keadaan baru dateng (setelah tidur, makan dan mandi tentunya) langsung deh saya ajak dia (panggil aja dia fera - bukan nama sebenarnya ... tapi boong) ke candi borobudur. Lumayan lah cuma 5 menit dari rumah saya. Ceritanya mau nyari bule,, tapi ternyata kaga berani ngomongnya buat minta foto. (ckckck,, kacau ni kita,, KITA?? lo aja kali.. oke cukup.. lanjutkan). Tapi ada satu hal pelajaran yang dapat kita ambil dari perjalanan mendaki candi borobudur ketika siang bolong itu yaitu " kalau mau minta tolong buat ngefotoin kita karena kaga ada yang lain karena cuma dateng berdua aja, minta tolonglah kepada bapak satpam yang tersebar di seluruh penjuru dunia eh candi, karena selain berbakat mengamankan itu candi bapak-bapak itu ternyata memendam bakat terpendam sebagai fotografer".
Pulang kali ini penuh dengan cerita...
cerita orang galau.. hahaha...
#to be continued
Dapet nemu dari group FB neee,,
yang ngepostingnya namanya Nafidh Anwar..
Ijin kopas yaaa.. hehe..
Fakta bahasa jawa lebih simpel dr pd bahasa Inggris.contone :1) Walk slowly on the edge (side) of the road = MLIPIR2) Falling backward and then hit own head = NGGEBLAK3) Falling/tripping forward (and may hit own face) = KEJLUNGUP4) Smearing one's body with hot ointment or liquid and then massaging it = MBLONYO5) Riding an old bicycle = NGONTHEL6) Got hit by a truck that is moving backward = KUNDURAN TRUK
7) Hot pyroclastic cloud rolling down a volcano = WEDHUS GEMBEL
8) A small, sharp thing embedded inside one's skin = SUSUBEN/KETELUSUPEN
9) Things getting out from a container accidentally because of gravity = MBROJOL
10) Get hit by thing collapsing on top of one's head/ body = KAMBRUKAN
11) Drinking straight from the bottle without using glass, where whole bottle tip gets into the mouth = NGOKOP
12) Difficult to open eyes because something is shining very bright = MBLERENG
13) Hanging on tightly to something in order to be inert = GONDHELAN
14) Falling/tripping accidentally because of a hole =KEJEGLONG
15) Being overly active carelessly = PECICILAN
16) Feeling unwell because of cold temperature = KATISEN
17) Releasing "wind" from the body thru a coin drawn across the skin's surface = KEROKAN
18) Finding by accident something good or useful without looking for it = NDILALAH
19) Expression or gesture due to a sudden appearance (of something) = MAK JEGAGIK
20) A slip of the tongue, or uncontrolled pronunciation, of a particular word = KAMISISOSOLEN
21) Talk and smile by him self, scratch his face without good reason = EDAN (bahasa inggris jawa)
bkakakakaakk
Bangga menjadi warga Jawa.. hehehe...
Ayooo lestarikan budaya Indonesia khususnya bahasa Jawa..
Monggo mbak-mbak,, mas-mas ngendikonE ngagem bahasa jawi...
Cinta,,
Lima huruf yang selalu menjadi topik menarik untuk diperbincangkan. Banyak sekali pandangan orang mengenai cinta. Lima huruf ajaib yang dapat memantrai orang menjadi apa saja. Menjadi orang yang sangaaat puitis atau bahkan menjadi orang yang sangaaat jahat. Lima huruf yang dapat membuat orang menjadi sangat mempunyai motivasi hidup akan tetapi dapat juga menjadikan orang kehilangan hasratnya untuk hidup.
Cinta,,
Lima huruf penyihir yang dapat menyihir setiap orang. Tidak pandang bulu, apakah dia laki-laki atau perempuan, kaya ataukah miskin, berpangkat ataukah bawahan, berpendidikan tinggi ataukah buta huruf. Semua orang tidak akan lepas dari panah sihirnya. Ia dapat menyihir orang menjadi apa saja. Dari benci menjadi cinta dan dari cinta dapat menjadi benci. hmm,, ckckck...
Cinta,,
Setiap orang pernah merasakan cinta. Entah itu bahagia atau justru yang menyiksa. Ada yang tergila-gila hingga buta ada pula yang mengendalikan dan menahannya. Ada yang mengungkapnya dengan meluap-luap ada pula yang memendamnya di dalam lubuk hatinya yang paling dalam hingga diri sendiri pun kalau bisa jangan tau.
Cinta,,
Banyak pandangan orang mengenai
"Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin
tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau,
tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak
sekali para pecinta di dunia ini yang melupakan kebikjaksanaan sederhana
itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya
erat-erat." -- novel Eliana, serial anak2 Mamak #4, tere liye.
#pleasesavemefromblindlove
telah kukatakan,, aku menyukai hujan..
entah mengapa aku menyukai hujan.. sedangkan kata orang hujan itu kelam, gelap dan pasti repot kalo hujan. Tak peduli kata orang, aku tetap menyukai hujan..
Beberapa hari yang lalu, setelah sekian lama.. Lamaaa sekali aku kembali bermain hujan.
Orang bilang hujan-hujanan. Aaahh,, aku merasa seperti tanah gersang yang selalu merindukan hujan. Haha,, bukan,, bukan,,, bukan tidak pernah datang hujan, hanya saja aku tidak bisa hujan-hujanan seperti yang sering kulakukan dahulu. Rasanya seperti menumpahkan kerinduan yang lama telah terpendam.
Baju basah kuyup,, tak menjadi masalah. percikan air hujan yang mengenai kepalaku, mengenai wajahku, seolah obat rindu yang telah menggebu.
sekali lagi aku tak tau mengapa aku suka bermain hujan,, suka bermain air. Aku tak tau.
Dulu waktu kecil,, aku sangat suka bermain hujan,, mandi dibawah hujan, bermain bersama teman-temanku dibawah guyuran hujan yang menggila. Bahkan, mandi di sungai kala hujan,, menunggu banjir datang untuk kemudian lari terbirit-birit ketika melihat gelombang air bah datang menggulung-gulung dari hulu. Suatu permainan menentang nyawa, mengadu keberanian dengan karang. Haha,, konyol kalo dipikir kembali. Aaahh,, aku rindu masa-masa itu.
Itulah mengapa aku tidak suka membawa payung ataupun jas hujan. Ketika hujan turun, orang-orang akan sibuk dengan payungnya yang tidak membawa ya tentu mencari tempat untuk sekedar berteduh menunggu hujan reda. Aku tidak suka itu, aku lebih suka berjalan menerobos hujan. Jangan tanyakan kenapa? Kalian bilang konyol,, silahkan.. Air hujan yang menimpa wajahku sungguh seringkali membuatku merasa damai merasa tenang. Yaaa,, perasaan yang telah lama kulewatkan, Hujan-hujan yang telah banyak kulewatkan. Aku ingin menyapanya kembali.
" Demi masa.."
Dalam salah satu firman-Nya,, Tuhan bersumpah demi masa. demi waktu.
mengapa demi waktu bukan demi yang lainnya..
Pepatah mengatakan "waktu itu laksana pedang". Ya,, laksana pedang waktu dapat melindungi dan membantu kita bahkan sangat bermanfaat apabila kita menggunakannya dengan benar. Akan tetapi apabila kita tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya maka yang ada adalah kebinasaan.
Pepatah pedagang dan saudagar mengatakan waktu adalah uang. Ya dengan memanfaatkan waktu yang kita punya dengan baik (dalam konteks ini pedagang, saudagar, busnismen) uang yang didapat akan semakin banyak. Pepatah ini bila diartikan secara sempit kurang lebih seperti itulah artinya. Akan tetapi bila kita artikan secara luas tentunya bukan hanya uang yang akan didapat. Uang adalah peribaratan barang berharga atau sesuatu yang berharga.Ya dengan memanfaatkan waktu yang kita punya sebaik mungkin dengan hal-hal yang baik dan berguna tentunya sesuatu yang berharga akan kia dapatkan.
Dan pepatah yang paling saya sukai adalah "waktu adalah kesempatan". Benar kata orang kesempatan tidak datang dua kali karena waktu tidak akan pernah terulang. Kesempatan sejenis yang datang di detik kedua akan berbeda dengan kesempatan yang datang pada detik pertama. Dan lagi-lagi saya setuju dengan kata orang, jangan menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepada kita tanpa mempertimbangkan matang-matang terlebih dahulu. Karena memang semua tidak akan pernah sama dengan waktu yang berbeda.
Terkadang kita (termasuk di dalamnya saya) baik secara sadar ataupun tidak sangat sering menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Waktu yang saya punya tidak banyak di dunia ini. Sangat sebentar, tetapi kadang kita menyiakannya dengan begitu mudahnya. Saya sering merasa bahwa waktu berjalan begitu cepatnya ketika banyak dateline mengejar. Ketika banyak kegiatan dan dateline yang harus dikerjakan baru terasanya sangat berharganya waktu. Sehari 24 jam terkadang terasa kurang. Sedangkan tak jarang ketika senggang dengan mudahnya menyiakan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. Yaaahh,, begitulah manusia (termasuk di dalamnya saya -- tidak semua manusia).
Terkadang saya mengeluh dengan banyaknya amanah yang harus saya pegang. Akan tetapi disisi lain saya juga bersyukur. Mencoba mengambil hikmah dari semuanya. Dengan banyak amanah yang tentunya di dateline juga, saya belajar untuk membagi waktu, belajar untuk menghargai waktu, belajar untuk memanage waktu, mengisinya dengan hal-hal yang berguna. Karena ternyata memang saya adalah orang yang suka bermalas-malasan. Salah satunya cara agar saya tidak banyak malas yaa mengambil amanah-amanah.
Copy Paste dari Blog tetangga nee...
Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Agar tahu pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan prematur.
Agar tahu pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih yang menunggu untuk bertemu.
Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.
Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar darikecelakaan.
Agar tahu pentingnya waktu SEMILI DETIK, tanyakan pada peraih medali perak Olimpiade.
Go.. Go.. Go..
Semangat yooo... Chaiyoooo...
#Akhirnya menghadapi hari-hari yang sibuk kembali. Kemarin sempat lembek terhadap diri sendiri. Sekarang saatnya untuk kembali keras terhadap diri sendiri. Canangkan kembali kata-kata dosen
Kalau kita keras terhadap diri kita sendiri, maka dunia akan lembek pada diri kita. Sebaliknya apabila kita lembek terhadap diri kita sendiri maka dunia yang akan keras pada diri kita.
Dan tentunya selalu teringat kata-kata penyemangat dari Julius Caesar
Veni Vidi Vici
Aku datang Aku lihat Aku menang (versi aku : Aku datang Aku hadapi Aku menang) :)