Madah Lara
Memutar kata dalam prosa
Mengulik ngulik rasa yang pernah ada
Rupanya, walau sudah terlalu lampau tetap ada
Terendap terlalu dalam tanpa pernah sirna
Aku tau, perihal ini tak kan pernah tuntas
Hal terbaik yang bisa dilakukan hanya mentas
Menutup buku, menarik rana, biarlah kebas
Tak apa, setidaknya manah sedikit bebas
Benar kata orang
Atas sebuah hubungan, tak bisa sendiri berjuang
Apalagi dengan tembok melintang
Tak payah sendiri aral kau tebang
Ada filsuf yang berkata
Waktu mampu menyembuhkan luka
Akan tetapi dia lupa kata
Akan berapa lama untuk menghilangkan luka
Dalam larik larik prosa
Aku mencoba membasuh nestapa
Berdamai tanpa harus menebus sua
Karna kutau berjumpa hanya membuatku binasa
Tak apa, selaksa masa tlah berlalu
Aku terlalu paham tuk bagaimana menata kalbu
Setelah endapannya ku aduk dengan kelu
Meremas memeras banyu netra sendu
Tak apa, walau tertatih ku masih berdiri
Aku tlah mahir jika hanya tuk bertahan hingga nanti
Jantungku tlah tertempa jika hanya menahan sedikit tak peri
Logikaku tlah terlalu hafal dengan bujukku yang tanpa henti
Prosa ini hanya urusan madah
Tak perlu kau bersusah
Aku tak lagi menyimpan gundah
Apalagi tentang cerita yang sudah sudah
#diaryhujanku
-dhe
Magelang, 10 Juni 2020
Tags:
Puisi
0 komentar