Menulis itu Bukan Bakat
Sebuah resume belajar dari kelas menulis "Belajar Menulis Bersama Om Jay" melalui WA grup
Hari/ Tanggal : Jum'at, 5 Juni 2020
Narasumber : Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
Tema : Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku
"Menulis itu keterampilan, bukan bakat""Biarkan tulisan itu menemukan takdirnya. Jangan risaukan, tetap menulis"- Sri Sugiatuti a.k.a. Ibu Kanjeng -
Kemarin malam, di kelas menulis pertemuan ke tiga, kami kembali kedatangan narasumber keren dan inspiratif dari Solo. Selain itu menurut saya, beliau juga motivator kepenulisan yang handal. Sangat pandai membakar semangat para penulis pemula seperti saya yang semangatnya maju mundur naik turun tidak karuan. Walau usia tak lagi muda, namun semangatnya lebih muda daripada yang muda-muda seperti saya ini. Ibu guru bahasa inggris ini adalah ibu Sri Sugiastuti atau orang juga menyebutnya ibu Kanjeng.
Perjalanan Karir Menulis Ibu Kanjeng
Jum'at malam itu, sesuai dengan tema materi, Ibu Kanjeng benar-benar berbagi pengalamannya yang sangat banyak dalam penerbitan buku. Dengan suaranya yang lembut, kami mendengarkan cerita ibu Kanjeng dari awal mula ibu Kanjeng menulis buku hingga menerbitkan banyak buku dengan berbagai genre. Dari guru siswa di sekolah hingga guru untuk guru dari seluruh Indonesia.
Ibu guru cantik yang memegang kata mutiara "better late than never" di awal karir kepenulisannya ini, menerbitkan buku pertamanya melalui penerbit mayor. Wah, sebuah awal yang keren. Ibu Kanjeng bercerita, jika buku pertamanya, SPM Bahasa Inggris untuk SMK, ditulis atas dasar ajakan salah satu teman MGMPnya untuk menulis buku yang akan diterbitkan oleh penerbit Erlangga. "Siap, Siapa Takut," begitu ibu Kanjeng menanggapi ajakan tersebut. Ah, di awal cerita pun sudah membuat saya terhenyak. Kalau ada kesempatan jangan lewatkan, Ambil!! Nekat aja. Begitu kira-kira yang ada di benak saya.
Di atas tadi, saya cerita kalau narasumber kita ini mencoba semua genre. Yap, benar sekali. Buku pertama beliau bisa dikatakan modul pembelajaran yang digunakan untuk siswa belajar. Selain itu, Ibu Kanjeng juga menulis novel, buku parenting, kisah perjalanan hidup, faksi, dongeng anak dan sebagainya. Banyak sekali buku-buku karya beliau ini. Sampai disini saya semakin yakin jika menulis bukan bakat akan tetapi keterampilan. Buku-buku bu Kanjeng tidak selalu di terbitkan oleh penerbit mayor, ada pula yang diterbitkan indie. Tidak masalah, yang penting terus berkarya. Bahkan ada salah satu buku indienya yang penjualannya lebih dari seribu eksemplar.
Selain menulis buku-buku, beliau juga aktif di berbagai blog dan komunitas. "Berdekatan dengan penjual minyak wangi, akan tertular wanginnya" pun begitupun penulis, kalau mau jadi penulis ya bergaullah dengan para penulis. Itu adalah alasan ibu kanjeng mengikuti banyak komunitas kepenulisan. Dari komunitas-komunitas menulis ini pun tentu menghasilkan karya. Baik itu karya individu maupun antologi.
Tips Menulis Ala Ibu Kanjeng
Tips menulis ala bu Kanjeng ini saya kumpulkan dari sesi tanya jawab yang sangat ramai. Banyak sekali pertanyaan dari peserta dan tentu banyak pula tips-tips dari bu Kanjeng untuk kami semua.
Bagaimana agar bisa konsentrasi dalam menulis
- Ubah mindset bahwa menulis itu kebutuhan bukan kewajiban
- Bergaul dengan penggiat literasi, seperti pepatah di atas "berdekatan dengan penjual parfum, akan tertular wanginya"
- Menulis setiap hari, ingat menulis itu keterampilan, namanya keterampilan ya harus di asah. Cara mengasahnya tentu saja dengan latihan.
- Cari waktu yang nyaman untuk menulis.
- Milikilah ide. Ide bisa datang dari mana saja, kita cuma harus melatih kepekaan kita untuk membuat menemukan bahwa sesuatu itu adalah ide.
- Buat outline apa saja yang akan di tulis agar tulisan tertata dan tidak melantur
- Masuk ke grup yang memiliki visi misi sama
- Menulis setiap hari
- Di tulis di blog kemudian di bagikan ke teman-teman
- Menulis itu bisa dimana saja dan kapan saja. Saat senggang kita bisa menulis di HP.
- Sekarang banyak aplikasi menulis gratis di HP, manfaatkan.
- Menulis itu tidak langsung breg, jadi. Berproses, nikmatilah sampai hasilnya membahagiakan.
Menulis bisa digunakan untuk terapi berdamai dengan hati.
Saya tambahkan pengalaman saya deh ya. Apa yang dikatakan bu Kanjeng ini benar sekali. Dulu jaman-jaman masih labil, usia-usia SMP-SMA sampai 20 an, saya menulis di diary. Tulisannya acak kadul, kalau sedang senang terlihat senangnya, kalau sedang sedih atau marah, jangan tanya. Tulisan sudah seperti cakar ayam dan penuh tekanan. Anehnya, itu melegakan. Bahkan awal saya membuat blog ini juga karena ingin tetap bisa waras. Kalau pembaca patrichor story scroll sampai postingan awal-awal, wuduuuh isinya galau abis. Tapi itu yang membuat saya tetap waras saat itu. Sekian curhatnya.
Saya tambahkan pengalaman saya deh ya. Apa yang dikatakan bu Kanjeng ini benar sekali. Dulu jaman-jaman masih labil, usia-usia SMP-SMA sampai 20 an, saya menulis di diary. Tulisannya acak kadul, kalau sedang senang terlihat senangnya, kalau sedang sedih atau marah, jangan tanya. Tulisan sudah seperti cakar ayam dan penuh tekanan. Anehnya, itu melegakan. Bahkan awal saya membuat blog ini juga karena ingin tetap bisa waras. Kalau pembaca patrichor story scroll sampai postingan awal-awal, wuduuuh isinya galau abis. Tapi itu yang membuat saya tetap waras saat itu. Sekian curhatnya.
Bagaimana menghilangkan ketidak PDan menerbitkan buku
Kita harus memiliki keyakinan bahwa buku adalah warisan buah pikiran kita sekaligus jejak bahwa kita pernah hidup.
Sebenarnya ibu Kanjeng membagikan tips menulis bagus bagus sekali isinya, dalam bentuk pdf. Sayangnya saya belum meminta ijin untuk membagikannya ataupun menuliskannya kembali. Jika nanti mendapatkan ijin, saya update postingan ini atau saya tuliskan ulang dengan penjabaran dari saya itung-itung belajar nulis.
Kesimpulan
Kesimpulan ini berisi quote-quote khas dan spesial dari ibu Kanjeng
- Menulis itu bukan bakat tapi keterampilan, maka latihlah. Tulislah dari berbagai ide yang berserak di sekitar kita.
- Jadikan menulis dan membaca sebagai gaya hidup
- Membacalah secara selektif dengan kacamata utuh
- Istiqomahlah dalam menulis
- Biarkan tulisan itu menemui takdirnya sendiri, jangan risaukan. Teruslah menulis dan belajar mengupgrade diri agar naik kelas
- Menulislah apa yang disukai dan dikuasai.
Seru sekali kelas kali ini. Bagaimana kisah dan tips-tips dari ibu Sri a.k.a. bu Kanjeng di atas?
Ada yang punya tips menulis juga? Share dong di bawah.
#salamliterasi
-dhe
Magelang, 6 Juni 2020
Tags:
Webinar
6 komentar
Tulisannya mantul bun...
ReplyDeleteAlhamdulillah, masih belajar buk.
DeleteTerimakasih ibuk, sudah berkunjung.
Wawaaahhh luar biasa ibu Ratna, duuh sangat menginspirasi..top markotoppp
ReplyDeleteTerimakasih pak Nengah. Masih terus belajar pak.
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung ya pak.
Luar biasa Ibu, goresan pena yang mudah dicerna dan sarat makna
ReplyDeleteAlhamdulillah, terimakasih ibuk. Sarat makna karena sumber tulisan ini (Ibu Sri) amat sangat sarat makna pula.
DeleteTerimakasih juga sudah mampir bu Enik.